Dini Handayani, Kartini Masa Kini Mampu Kuliahkan Anaknya di Belgia

By: Dinas Komunikasi dan Informatika
Kamis, 22 April 2021
Dibaca: 374

GARUT, Garut Kota – Setiap tanggal 21 di bulan April, selalu diperingati sebagai Hari Raden Ajeng (RA) Kartini, sebagai pelopor emansipasi wanita di Indonesia. Saat ini di Indonesia, khususnya Kabupaten Garut, banyak sekali wanita inspiratif yang disebut-sebut sebagai Kartini masa kini, salah satu contohnya adalah Dini Handayani, perempuan 58 tahun yang anaknya mampu menutntut ilmu dan mengambi jenjang Strata 2 (S-2) di Belgia, tepatnya di Universitas Hasselt.

Dini menceritakan, anaknya yang bernama Hafsah Amalia (24) ini, sejak jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai saat ini berkuliah di Belgia, selalu mendapatkan beasiswa untuk menjalankan pendidikannya. “Anak 3, 1 meninggal, yang satu kakaknya udah berkeluarga punya cucu 2, yang kedua sekarang lagi dapat beasiswa di Belgia, awalnya dia sekolah dari SD Ciledug 1, terus ke SMP 1 Garut, terus ke SMA 1 Garut, dia beasiswa juga ke semua sekolah itu, terus nerusin ke IPB juga beasiswa, nah sekarang ke Belgia juga alhamdulillah dia dapat beasiswa 2 tahun disana,” ucap Dini.

Ia mengungkapkan dalam mengurus anak-anaknya hanya seorang diri (single parent), sejak Hafsah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), meskipun begitu ia tetap bersyukur bisa membesarkan anak-anaknya ini. “Saya sendiri mengurus anak-anak, anak-anak tuh dari nomor dua dia ninggalin saya tuh waktu dia SMA, yang adeknya SMP, saya sangat bersyukur kepada Allah SWT terutama yah, jadi saya bisa membesarkan anak-anak dengan sebelah tanpa suami gitu,” ujarnya.

Dalam membesarkan anak-anaknya ini, Dini menuturkan, selalu menanamkan motivasi pada dirinya sendiri bahwa ia pasti bisa. “Motivasinya pasti bisa lah gitu, segala sesuatunya saya bilang pasti bisa. Pasti bisa insya Allah,” ucap Dini.

Ia juga mengungkapkan, saat ini anaknya yang sedang mengampu studi di Belgia sudah tidak pulang selama 2 tahun akibat pandemi Covid-19 yang melanda, sehingga ia hanya bisa melepas rindu hanya dengan melalui video call, walaupun waktu di Indonesia dan Belgia terpaut sekitar 7 jam.

“Emang dia gak pulang selama 2 tahun, yang di Belgia itu nggak pulang, jadi cuman yang ada di Garut aja yang kakaknya (yang kumpul). (ngobrol itu) via handphone, videocall selalu itu, kalau disana jam 6 sore, disini jam 1 malam,” ungkap Dini.

Terlebih saat ini sedang menjalankan ibadah puasa, Dini menceritakan bahwa anaknya pernah bercerita bahwa anaknya ini pernah muntah-muntah dikarenakan lama puasa yang berbeda antara Indonesia dan Belgia. “Puasa (juga) sama, 17 jam dia (puasa). Dia sempet (cerita) beda waktu itu kan, dia muntah-muntah karena waktu (puasa)nya nggak sama,” kata Dini.

Ia mengaku bangga memiliki putrinya yang mampu melanjutkan studi di luar negeri, terlebih studi yang diampu oleh anaknya ini didapatkan karena beasiswa. “Bangga sekali yang tak terduga, tentunya orang tua pasti bangga sekali.” pungkasnya.




Komentar
Isi Komentar