Kebakaran kembali terjadi, Diduga pemilik lupa mematikan api tungku di dapurnya, dua rumah milik Ujang (50), dengan ukuran rumah 6 x 5 meter persegi, dan rumah Aan (55) 8x7 meter persegi hangus terbakar, tepatnya di Kampung Cigedug RT.04 RW 04, Desa Nanjungjaya, Kecamatan Kersamanah, Kabupaten Garut, pukul 16.50 WIB, Jum'at (28/08/2020).
Tim Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkar) Limbangan, langsung menuju lokasi kejadian, dibantu forkopimcam, Polsek Cibatu, Koramil dan masyarakat setempat, hingga api berhasil dipadamkan pukul 18.06 WIB.
Kepala UPT Disdamkar Limbangan Syam Sumaryana menuturkan, api berasal dari rumah panggung milik Ujang, bermula dari sisa pembakaran di tungku usai memasak, rumah ditinggal kosong karena pemiliknya pergi ke sawah, sehingga terjadi kebakaran. Akibatnya, api dari tungku langsung merembet ke dinding dapur yang terbuat dari anyaman bambu, namun kobaran api cepat membesar dan sulit dikendalikan, sehingga merembet ke rumah yang berdampingan rumah permanen Aan.
Para tetangga yang mengetahui kejadian itu, melihat kepulan asap membungbung dari rumah Ujang, berusaha meminta tolong warga sekitar memadamkan api, serta menghubungi Disdamkar melalui call center 113 UPT Limbangan. Beruntung dalam musibah kebakaran tersebut tidak ada korban jiwa maupun luka, sementara untuk kerugian materi ditaksir sekitar 150 juta rupiah, sedangkan korban untuk sementara mengungsi ke kerabatnya.
Menurut Kepala Disdamkar Garut, Aah Anwar, dalam sepekan ini (sejak 20 hingga 28 Agustus) ada 5 kali kejadian, 2 kali di wilayah Kecamatan Tarogong Kidul, dan 1 kali masing-masing di wilayah Limbangan, Pameungpeuk, dan Kersamanah.
Pihaknya kembali menghimbau, beberapa hal yang mestinya menjadi perhatian warga masyarakat, diminta untuk memastikan api pada tungku sudah benar-benar padam setelah selesai memasak, serta berhati-hati ketika memasak menggunakan tungku.
Masyarakat juga diimbau agar tidak membuang puntung rokok dan membakar sampah di sembarangan tempat yang bisa memicu terjadinya kebakaran.
Jaringan listrik, jelas Aah, juga harus harus menjadi perhatian masyarakat di musim kemarau, memastikan bila jaringan listrik di rumah benar-benar aman serta jauh dari risiko korsleting, apalagi anginnya agak besar serta bisa menyebarkan api dengan mudah.
Aah menuturkan Frekuensi terjadinya kebakaran tidak selalu berbanding lurus atau dipengaruhi oleh musim dengan asumsi musim kemarau Iebih tinggi, namun terkadang musim hujan pun sering terjadi musibah kebakaran melebihi musim kemarau. Musibah kebakaran terjadi akibat hal yang tidak diduga dan tidak kelihatan, semisal, kecelakaan, kesalahan mekanik, tidak disiplin, sabotase dan ketidak pedulian.
"Ke enam hal ini tdk berbanding lurus dengan musim. Oleh karenanya yg harus dilakukan oleh masyarakat yaitu berupaya meningkatkan Sistem Ketahanan Kebakaran Lingkungan (SKKL) dengan cara meningkatkan partisipasi dan kepedulian masyarakat," . ujarnya.
Aah mencontohkan, bentuk partisipasi itu melalui forum-forum, dan majelis taklim di mesjid-mesjid mendiseminasikan tentang proteksi kebakaran. "Masyarakat diupayakan menyiapkan kantong-kantong atau sumber air dan drafting point (pemipaan) dalam rangka kesiapsiagaan apabila terjadi kebakaran," pungkasnya.