Coding Compost Cara Anak Muda Garut Ajak Siswa Putus Sekolah Untuk Belajar Coding

By: Dinas Komunikasi dan Informatika
Senin, 20 Juni 2022
Dibaca: 207

Coding Compost Cara Anak Muda Garut Ajak Siswa Putus Sekolah Untuk Belajar Coding

GARUT, Targong Kidul - Pengolahan sampah di masyarakat kini sudah menemukan berbagai macam solusi salah satunya menggunakan maggot untuk mengurai sampah organik. Seorang anak muda asal Kabupaten Garut, membuat pengolahan sampah melalui budidaya maggot ini menjadi multifungsi dikarenakan dana hasil penjualan maggotnya digunakan untuk belajar coding bagi siswa yang putus sekolah.

Rafli Muhammad Ridhwan (19),  yang baru lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan Kadipaten ini memiliki inovasi brilian. Inovasi yang dinamai coding compost sudah dilakukannya sejak beberapa tahun lalu meskipun dalam pengolahan maggotnya sendiri lumayan menghabiskan banyak waktu.

“Dari saya itu nama inovasinya yaitu coding compost, jadi coding compost itu adalah pengolahan sampah yang menggunakan maggot, tapi dari hasil pengolahan tersebut nanti bisa dikumpulkan lalu dikonversikan menjadi uang atau dijadikan biaya untuk belajar coding,” ucap Rafli, di Gedung Public Information Center (PIC) Diskominfo Garut, Senin (13/6/2022).

Rafli memaparkan, maggot yang sudah dihasilkannya ini kemudian dijual dengan hitungan per kilo, bahkan penjualannya pun sudah pernah mencapai 500kg. Menurutnya, maggot juga memiliki banyak manfaat, salah satunya yaitu bisa dijadikan pakan ternak maupun pupuk cair dan pupuk padat.

“Dari maggotnya sendiri (manfaatnya) banyak, buat jenis-jenisnya bisa dijadikan makanan pet shop, terus makanan ayam juga bisa (atau) jadi pakan ternak ayam, untuk langsung disebarin ke ikan juga bisa, macam-macam,” lanjutnya.

Untuk modal maggotnya sendiri, imbuh Rafli, berawal dari sampah organik di mana 1000 kg sampah organik bisa menghasilkan 100 kilogram maggot dengan siklus 45 hari. Menurutnya, hasil dari penjualan maggot ini bisa mencapai Rp600.000. 

“(hasil penjualan) dari maggotnya sendiri, kalau (dari) 1000 kg sampah bisa menghasilkan 100 kg magot berarti itu 100 dikali 6000 = 600.000 kalau dari magotnya sendiri,” ucapnya.

Dalam inovasi coding compost ini, Rafli menyampaikan, bahwa dirinya telah membentuk tim yang terdiri dari 4 orang anggota. Ia berharap, bagi siswa yang sudah dipetakan dan mengikuti pembelajaran coding ini dapat menjadi regenerasi dari tim coding compost.

“Jadi timnya sekarang ada 4 orang dan 1 mentor, salah satu harapannya juga tenaga tadi yang kami telah petakan masuk coding compost itu jadi salah satu tim kami untuk meregenerasi,” ungkapnya.

Melalui inovasinya ini, Rafli mendapat kesempatan untuk mengikuti ajang Youth Innovation Hunt serta masuk ke dalam 8 besar finalis dalam acara yang merupakan rangkaian dari Youth 20/Y20. Menurutnya, ajang ini cukup menyenangkan, menegangkan, dan berkesan, apalagi saat diberi kritik membangun oleh para kuratornya sendiri.

“Harapannya jika menang itu dapat bimbingan lebih lanjut terkait kegiatannya itu sendiri kan, terus kegiatan coding compost semakin ter-upgrade istilahnya jadi lebih terarah, lebih terstruktur, terus jikapun tetap pahit (kalah) ya tetep dijalankan kegiatan coding compost sendiri,” tandasnya.


Rafli Muhamad Ridhwan, penggagas program inovasi bernama Coding Compost di Kantor Diskominfo Garut, Jalan Pembangunan, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Senin (13/6/2022). (Foto : Mochammad Ahdiansyah/Diskominfo Garut).

Penulis : Nindi Nurdiyanti

Penyunting : Yanyan Agus Supianto




Komentar
Isi Komentar